Telepon Bodoh

Terlihat seorang lelaki di sebuah kedai minuman dengan bukunya. Tubuhnya kurus dengan wajah kusam dan rambut panjangnya. Seakan tak peduli akan manusia-manusia di sekitarnya, ia serius membaca buku lusuhnya halaman demi halaman.
"Jon, mana teman-teman lainnya?", seseorang yang baru saja tiba di kedai menyapanya.
" Belum datang, mungkin masih sibuk dengan kegiatannya Bud."
Rupanya seseorang yang baru saja datang dan menyapanya adalah teman dari Joni, si kurus yang sibuk dengan bukunya.

Budi duduk dan merogoh telepon pintar dari sakunya. Sesaat kemudian pelayan kedai datang dan menanyakan pesanan kepada Budi. Setelah memesan, ia tidak lupa untuk menanyakan kata kunci sambungan internet nirkabel milik kedai tersebut.
Semua orang di sekitar Joni terlihat sedang sibuk dengan telepon pintarnya, termasuk Budi. Ada yang tersenyum sendiri, ada pula yang serius. Semakin malam, semakin banyak pula manusia yang berdatangan. Bukan untuk mengobrol atau bertatap muka, melainkan sibuk dengan telepon pintar mereka masing-masing.
Joni yang semenjak datang sibuk dengan bukunya selalu saja mengabaikan telepon pintarnya. Berulang kali terdengar bunyi dari telepon pintarnya.
Setelah beberapa menit Ia menyelesaikan bukunya, Ia mulai membuka percakapan dengan Budi.
"Bud, kayanya akhir bulan aku mau jalan ke Papua nih. Cari tempat baru buat nulis."
Budi yang sibuk dengan telepon pintarnya tidak mendengar perkataan Joni.
"Yaelah dicuekin.", Joni menggumam.
Joni memandang sekitar, setiap orang sibuk dengan telepon pintar mereka masing-masing. Dia mulai melihat teleponnya. Namun hanya ada chat dari grup alumni kampus dan beberapa grup lain dan iklan-iklan yang masuk melalui emailnya.

Sesaat kemudian Ia menaruh teleponnya kembali.
Joni mulai menyeruput kopi dan menyalakan rokoknya. Sesaat setelah memantikkan api ke rokoknya, ada dua orang pria yang berumur sekitar 40an memasuki kedai tersebut. Mereka memesan dua cangkir kopi dan duduk di meja seberang Joni dan Budi.


"Gimana kabar anak-anak Nar?"
"Yah, baik, mereka udah mulai persiapan kuliah. Kalau anak-anakmu Ya?". Kedua pria tersebut mulai berbincang tentang keluarga mereka masing-masing. Mereka mengobrol panjang lebar hingga kembali ke masa muda mereka, ternyata mereka berdua adalah sahabat sejak kecil. Banyak jokes yang mereka lontarkan yang tentu saja membuat mereka berdua terbahak. Joni yang sedari tadi mendengar mereka berdua pun ikut tertawa akan jokes mereka.
" Hei nak, apakah kau mendengar obrolan kami?", bapak tersebut berbicara kepada Joni.
"Oh maaf pak, saya tidak sengaja mendengar pembicaraan bapak berdua. Maaf pak."
"Hei tak perlu meminta maaf nak, memang bayolan Sinar selalu lucu sejak kita SD dulu.haha", kata bapak yang satunya menimpali pernyataan Joni.
" Hei kau masih muda namun sedikitpun kau tidak sibuk dengan smartphone mu itu, apakah kau membaca buku itu?"
"Iya pak, telepon ini hanya membuat saya seperti patung bodoh pak. Iya ini buku karya George Orwell, 1864.", Joni menimpali.
" George Orwell? Saya adalah fans berat beliau! Sinar juga suka beliau, ya Sin.", kata bapak itu.
"Seleramu bagus juga nak. Kalau kau mau bergabung dengan kami silahkan, kita bisa mengobrol tentang buku-bukunya. Apakah kau sudah membaca Animal Farms?", bapak yang satunya lagi juga ikut ambil bicara.
Joni pun ikut mengobrol bersama kedua bapak tersebut. Mereka membicarakan tentang buku-buku keren karya George Orwell dan buku science fiction lainnya.
Mereka bertiga seakan melebur tidak hanya dalam satu bahasan tetapi banyak yang mereka obrolkan.
Tak terasa hampir satu jam mereka lalui dengan obrolan panjang yang membuat mereka bahagia. Kedua bapak yang memiliki nama Sinar & Jaya tersebut pamit untuk kembali ke rumah mereka masing-masing.

Sedangkan Joni? Dia kembali termenung sendiri, menunggu teman-temannya datang untuk membicarakan liburan bersama.
Budi? Terlihat bagaikan hewan yang terikat dalam kandangnya, manusia yang terikat dengan telepon 'pintar' nya.


Postingan populer dari blog ini

Ketika Hari Telah Berakhir

Sistem Transportasi dan Perkembangan Suatu Bangsa

Kata Ini Kata Itu