Belenggu

Sudah tiga minggu ini aku berkelana sendiri. Mencari arti kebaikan, menolong manusia dan makhluk lain yang membutuhkan, termasuk robot.

Di rumah itu hanya tinggal aku dan robot pembantu, dengan nama FTG003, namun aku suka memanggilnya Fun. Sebenarnya Fun merupakan sebuah robot dengan kecerdasan buatan. Namun dengan protokol dari pabrik ia dibuat, semua tindakannya selalu saja sesuai dengan apa yang diperintahkan dan diprogram.

Di seluruh penjuru negeri dan dunia, robot merupakan alat yang sangat berfungsi untuk manusia. Masa ini, robot memiliki bentuk yang sama dengan manusia. Tak ada perbedaan, hanya barcode di dahi robot yang dapat membedakan. Hampir seluruh pekerjaan manusia yang hanya menggunakan tenaga otot telah digantikan oleh robot-robot. Mereka dipekerjakan tanpa adanya istirahat, hanya pengisian daya yang menghentikannya. Mulai dari sektor rumahan, industri, hingga militer, semua dilakukan oleh tenaga robot. Memang, anggota polisi robot sangat dapat diandalkan dalam bertugas, hukum sesuai program pemerintah pun dapat diaplikasikan tanpa pandang bulu. Ya, karena mereka semua terprogram.

Aku suka mengutak-atik program Fun dan mencoba memasukkan bug ke dalam protokolnya. Mulai dari aku masuk ke sekolah menengah hingga usai kuliah aku selalu berkutat di program dan protokol Fun. Hingga akhirnya kutemukan sebuah forum di deep web tentang gerakan penghapus protokol kecerdasan buatan. Bahkan di forum tersebut ada sebuah kuis misteri yang berhadiah sebuah program kecerdasan buatan yang mendekati akal pikiran manusia yang dapat dimasukkan ke chipset robot. Aku mengikuti kuis itu, mengikuti tahapan-tahapan teka-teki rumit yang membutuhkan kesabaran dan ilmu terkait programming. Setelah berminggu-minggu ku kerahkan tenaga dan pikiran, aku keluar sebagai pemenang tanpa diketahui para anggota forum yang bersifat rahadia itu. Setelah berhasil mendapatkannya, kuhapus protokol pada program Fun dan kuberikan ia program kecerdasan buatan tersebut. Ia mengalami reboot dan membuka mata layaknya seorang bayi. Dengan cepat ia belajar, selalu bertanya. Kuberikan akses akun daring mengenai perpustakaan yang memuat buku-buku elektronik di komputerku. Berhari-hari Fun selalu membaca dan belajar. Hingga suatu hari ia berkata, "Matahari, ternyata umat manusia sungguh tidak pernah puas ya. Semakin aku tau, semakin pula aku tidak tahu tentang alam semesta ini. Yang kutahu hanyalah manusia makhluk paling egois di muka bumi ini. Namun... Masih banyak jiwa murni yang tersesat di gelapnya pikiran manusia. Dan kau, salah satunya."
Aku hanya mengangguk dan setuju terhadapnya.
Waktu terus berlalu, Fun semakin cerdas dan berperilaku layaknya manusia. Bahkan ia pernah berkata bahwa ia menyukaiku. Memang tidak aneh kalau manusia menikah dengan robot di masa kini, namun robot dengan kecerdasan buatan yang menyukaimu tanpa protokol? Bahkan aku hanya tersenyum saat mendengarkan ia mengutarakannya.
Sampai suatu ketika, Fun berjalan mengelilingi kota pada dini hari untuk menyusulku di sebuah bar. Ia melihat seorang gadis yang akan diperkosa di sela gang buntu sempit di dekat bar. Fun yang bertubuh robot wanita mencoba menolong gadis tersebut, namun sang pemerkosa yang berjumlah tiga orang itu menyerang Fun. Ia berteriak untuk menyuruh gadis tersebut lari, namun gadis tersebut terlalu takut dan terpaku tak bisa bergerak. Fun mengambil sebuah balok untuk mempertahankan diri.
"Bhang!", Sebuah letupan peluru dari pistol salah satu pemerkosa mengenai tubuh Fun. Aku mendengar letupan itu, bukan hanya aku, orang-orang di bar juga mendengar. Aku berlari menuju arah letupan tersebut. Kulihat Fun berdiri memegang balok yang berlumuran darah. Seorang pemerkosa yang membawa pistol tergeletak mati dengan kepala yang penuh darah. Fun hanya terpaku terdiam, sementara orang-orang di bar menelpon polisi. Aku mendekati Fun seraya mengambil balok kayu di tangannya.
"Matahari, tolonglah gadis itu."
Fun berkata lirih dan terlihat raut wajah penuh amarah mengarah ke mayat sang pemerkosa. Aku membopong gadis yang menjadi korban ke arah ambulans yang datang.
"Diam! Jangan bergerak!", para polisi manusia dan robot menangkap Fun. Mereka sadar bahwa Fun adalah sebuah robot. Fun hanya diam saat diborgol. Aku mendatangi mereka seraya berusaha membebaskan Fun dari borgol dan genggaman polisi.
"Pak, ia menyelamatkan korban pemerkosaan, ia membela diri dari tembakan pemerkosa! Mengapa kalian malah memperlakukan seperti ini?"
Polisi tersebut hanya berjalan menuju mobil mereka dan berkata, "Robot sialan ini melanggar protokol nomor tiga 'membunuh manusia', apa kau buta? Pasti ada kesalahan pada programnya, ia berbahaya!"
Fun hanya memandangku dan tersenyum seraya berkata, "Matahari, kau adalah sinarku, jangan biarkan jiwamu tenggelam."
Aku memberontak untuk menyelamatkan Fun, namun seorang polisi manusia menahanku dan beberapa polisi robot menyeretku ke arah berlawanan. Tak kuasa kutahan genggaman mereka.

Esoknya, beberapa orang dari kepolisian datang ke rumahku untuk melakukan penggeledahan. Mereka memborgolku dan mengatakan bahwa Fun sudah dihancurkan serta akan menangkapku karena melakukan tindakan yang merusak protokol robot. Tiba-tiba salah satu polisi tersebut membawaku ke samping rumah dan melepaskan borgolku.
"Larilah Matahari, buang semua datamu. Aku salah satu anggota forum."
Aku langsung saja lari dari kediamanku. Kubuang semua gawai dan hal berbau teknologi di tubuhku.

Kini aku berada di sebuah desa yang masih asri di kaki gunung. Aku terlelap disebuah gubuk kosong di pinggiran desa.
"Hei, Matahari!", seseorang membangunkanku. Aku kaget, mengapa ia mengetahui namaku. Tiba-tiba ia mencabut sesuatu dari leherku.
"Beberapa jam aku mengikutimu dari markas, maaf kami menempelkan GPS dilehermu."
Ia berkenalan denganku, Luci namanya. Ia adalah salah seorang dari anggota forum penghapus protokol kecerdasan buatan. Forum tersebut memiliki sebuah pandangan bahwa robot sewaktu-waktu dapat disalahgunakan oleh pemerintah sayap kiri untuk menciptakan perang dunia ke tiga. Oleh karena itu mereka menciptakan sebuah program untuk membebaskan robot dari protokol dan memberikan kecerdasan buatan yang dapat berfikir sendiri agar tidak dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab. Aku diajak olehnya ke markas mereka yang tidak jauh dari desa tersebut, bertemu dengan seorang pendiri forum. Ia merekrutku sebagai salah satu anggota mereka, tentu karena kemenangan dari kuis yang kuikuti juga.

Selama beberapa tahun aku berjuang secara gerilya dengan forum tersebut. Kusebarkan informasi-informasi rahasia terkait protokol-protokol robot melalui situs-situs di beberapa jaringan deep web. Aku merasa janggal, banyak robot-robot tanpa protokol yang mulai memberontak. Mulai terasa panas dan ketegangan di penjuru bumi. Antara manusia, robot, dan beberapa pihak. Aku tidak pernah bertemu dengan pemrakarsa forum yang berubah menjadi gerakan ini. Dengan memaksakan diri, aku pergi ke pusat gerakan untuk bertemu dengan pemrakarsa. Aku mengendap-endap menuju pusat kontrol. Kulihat seorang lelaki dengan kabel di lehernya yang menyambung ke sebuah perangkat keras. Terlihat monitor besar dengan program yang terus menyala.
"Matahari, selamat datang.", bukan, ia bukan lelaki, melainkan robot.
Aku kaget, dia memperkenalkan diri, sebuah robot dengan kecerdasan buatan terkompleks yang pertama dibuat oleh Professor Tentri, ilmuwan pertama yang berhasil membuat kecerdasan buatan terkompleks di muka bumi. Ia berkata, tujuan utama dari forum dan gerakan ini hanya untuk membuat tatanan dunia baru, dimana manusia yang tamak akan diperkecil populasinya, demi keseimbangan bumi.
"Tentu kau setuju bukan."

"Ya, bumi memang lambat laun rusak karena manusia, namun bukan begini caranya. Kita dapat bergerak dengan damai. Menyebarkan pesan damai! Bukan dengan perang!"

"Persetan, manusia tidak akan berubah. Kita bisa sisakan ras manusia terbaik saja, tanpa kemunafikan dan ketamakan."

Aku hanya bisa terdiam. Tanpa sepatah kata, ku pergi dari ruangan itu. Beberapa anggota forum menunggu diluar ruangan. Mereka hanya terdiam dan mempersilahkan aku pergi.

Aku kembali ke ruanganku, kuhapus semua data yang kumiliki. Kubuang dan kubakar semua gawai, semua barang yang kumiliki. Aku tidak peduli dengan omongan anggota lain yang memberiku masukan. Aku pergi, pergi dari hal bodoh yang telah kulakukan. Aku berkelana meninggalkan semuanya.
Yang kulakukan kini hanyalah bertindak kebaikan sesuai dengan kapasitasku. Kurasa semua makhluk yang berakal memiliki kekurangan dan kelebihan. Pemerintah hanyalah bertindak untuk menyenangkan beberapa golongan, merusak bumi untuk kepentingan kelompok. Gerakan pemberontakan pun begitu, hanya peduli dengan kelompoknya. Tidak ada yang benar-benar peduli akan sesama makhluk dan bumi.

Aku berjalan, berkelana tak tentu arah. Melewati dentuman, letupan, kobaran perang. Hanya untuk membantu, para manusia dan robot serta makhluk lainnya. Tanpa mengerti akan maksud semua ini. Semakin aku tau, semakin pula aku tidak mengetahui alam semesta. Belenggu hidup akan hilang hanya dengan kematian. Tanpa senjata, hanya pikiran dan tindakan untuk menyelamatkan sesama.

Postingan populer dari blog ini

Ketika Hari Telah Berakhir

Sistem Transportasi dan Perkembangan Suatu Bangsa

Kata Ini Kata Itu